Urbanoustics - Penemuan terbaru menunjukkan bahwa dibeberapa negara dan budaya, perilaku mengemudi yang agresif diakibatkan oleh lingkungan sosial. Dan ditemukan bahwa pria memiliki prilaku mengemudi yang lebih agresif dibandingkan wanita.
"Pilihan untuk menjadi kompetitif dibandingkan kooperatif selalu dimulai dari budaya dan pengaruh di sekitar kita serta cara orang lain bersikap," kata salah satu peneliti Haizhong Wang, asisten profesor teknik transportasi di Oregon State University, Amerika Serikat.
"Dan itu jelas ada hubungannya dengan pendidikan dan pengalaman, hal ini dibuktikan dari hasil penelitian terhadap para pembalap muda. Bagi pembalap muda yang berpartisipasi dalam program pendidikan pengemudi dan menerima bimbingan positif dari orang tua dan teman-teman mereka akan menjadi pengemudi yang lebih baik," kata Wang.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa mengemudi agresif cerminan budaya dan kondisi sosial yang berbeda pada akhirnya akan menghasilkan pengemudi yang lebih baik. Namun,perilaku yang berbahaya menjadi fenomena di seluruh dunia dan menjadi epidemi sebagian sebagai reaksi terhadap kepadatan jalanan, kata para peneliti.
Temuan yang dipublikasikan dalam jurnal Procedia Engineering ini menunjukkan bahwa perilaku seperti ini lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan pada wanita. Penelitian ini dilakukan terhadap para pengemudi di Cina di mana para pengemudi sangat kompetitif disana. Bagaimanapun juga, hal ini mencerminkan kekhawatiran serupa di seluruh dunia, kata Wang.
Dalam penelitian ini, para peneliti melihat bahwa lalu lintas yang kacau di negara mereka memicu perilaku kompetitif dari para pengemudi dan mereka seperti tidak mempunyai pilihan lain selain bersikap kompetitif yang disalurkan lewat kecepatan.
Jadi dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa negara, budaya dan lingkungan dapat mempengaruhi cara mengemudi seseorang.
Tidak ada komentar